Kamis, 09 Oktober 2014

2+2=5

Film ini adalah sebuah film pendek yang dibuat pada tahun 2011 oleh seorang sutradara berkebangsan Iran yang menetap dan bekerja di London Inggris bernama Babak Anvari. Babak Anvari yang merupakan sarjana Film & Television Production dari Sekolah Film Wensminster Inggris ini membuat film ini dengan latar tempat seolah berada di sebuah sekolah di Iran. Film pendek yang menggunakan bahasa Persia dengan bantuan teks berbahasa Inggris ini berdurasi sekitar delapan menit. Film ini dikerjakan dengan total 42 orang dengan bantuan dana dari BBC.

Cerita bermula ketika seorang guru laki-laki masuk ke dalam kelas dengan dinding berwarna abu-abu. Semua murid kemudian berdiri untuk menghormati guru tersebut, tak lama kemudian ada sebuah pengumuman dari kepala sekolah melalui pengeras suara yang terhubung ke dalam kelas. Kepala sekolah berkata mulai hari ini akan ada perubahan proses belajar mengajar di sekolah mereka, semua siswa diminta untuk mengikuti instruksi yang akan dijelaskan lebih lanjut oleh guru mereka di kelas.
salah satu adegan dalam film

Sang guru menjelaskan materi pelajaran pertama, ia menuliskan “2+2=5” di papan tulis dengan menggunakan kapur. Sang guru berkata “dua ditambah dua sama dengan lima”. Semua murid disuruh untuk mengulangi perkataannya, namun ada seorang murid yang bingung dan mengangkat berdiri mengajukan pertanyaan “Maaf Pak, apakah benar 2+2=5?”. “Bukankah tadi sudah saya beritahu jika 2+2=5”, kata sang guru. “Maaf Pak tapi menurut saya...”, belum sempat melanjutkan perkataannya sang guru memotong “Jangan berpikir, kamu tidak perlu berpikir!”. Sang guru tetap berkata “2+2=5” sambil menyuruh muridnya untuk diam dan duduk kembali.

Sang guru kemudian menyuruh seluruh muridnya untuk mencatat 2+2=5 di buku tulis mereka. Seorang murid lain berdiri dan berkata “Pak, 2+2=4! hasilnya akan selalu 4, bagaimana bisa menjadi 5?”. “Siapa yang memberi izinmu untuk bicara? Kenapa kamu berani bertanya seperti itu?”, kata guru dengan nada marah. Anak murid yang tidak mau mengikuti perkataan gurunya tersebut kemudian berusah untuk menjelaskan kepada seluruh temannya di kelas, bahwa 2+2=4. Sang guru menyuruh sang anak tetap berdiri untuk menunggunya, sementara dengan emosinya ergi keluar kelas. Ketika sang guru keluar, teman-temannya berkata “Kamu telah membuat masalah, dia akan membunuhmu!”.

Tak lama kemudian tiga orang laki-laki datang, mereka adalah siswa senior yang tampak pucat tanpa ekspresi dengan pita merah di lengan kanan mereka. Sang guru berkata kepada tiga orang siswa senior bahwa ada anak yang keras kepala di kelas ini, ia juga menyebut bahwa tiga orang siswa senior ini merupakan siswa terbaik dan mampu mengikuti perkataannya. Sang guru menyuruh murid yang dianggapnya keras kepala untuk maju ke depan dan menuliskan apa yang dikatakannya di papan tulis. “Ini kesempatan terakhirmu”, kata sang guru. Sang anak yang tetap pada pendiriannya tetap menuliskan 2+2=4 di papan tulis dengan ketakutan, seketika itu pula 3 orang murid senior menembak anak kecil tersebut hingga tewas berlumuran darah.

Sang guru menghapus papan tulis yang berlumuran darah, kemudian menuliskan kembali 2+2=5 sambil memaksa muridnya untuk mengucakan dan menuliskannya di buku mereka. Film ini diakhiri dengan menyoroti salah satu murid yang ragu-ragu menuliskan 2+2=5 tapi kemudian ia mencoret dan mengganti angka 5 dengan angka 4.

Film ini merupakan film yang punya banyak pesan, sang produser mencoba mengedepankan sisi negara dengan rezim penguasa otoriter dimana demokrasi dan kebebasan berpendapat merupakan suatu hal yang mustahil untuk dilakukan oleh masyarakat jika ingin bertahan hidup. Masyarakat hanya dituntut untuk menerima kebijakan tanpa perlu mempertanyakan kebijakan yang sejatinya hanya menguntungkan para penguasa.

Sang produser yang berkebangsaan Iran ini dalam website resmi twoandtwofilm.com menyebutkan bahwa film ini bersifat general dan tidak ditujukan spesifik untuk negara tertentu, walaupun latar tempat dan pemain yang ditampilkan sangat erat kaitannya dengan Iran. Latar tempat di kelas dan anak kecil sebagai pemainnya dipilih karena dunia pendidikan dan anak-anak merupakan sarana yang paling mudah dalam penanaman ideologi suatu rezim otoriter.

Jika film ini dikaitkan dengan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM), saya menemukan beberapa pelanggaran HAM dalam penggambaran yang ditampilkan oleh sutradara. Pertama adalah pelanggaran tentang seseorang yang sudah sejak lahir mempunyai hak untuk merdeka tanpa adanya paksaan, intervensi dan diskriminasi dari pihak manapun, termasuk guru atau pemerintah yang digambarkan dalam film ini. Pelanggaran ini tercantum dalam pasal 1,2, dan 3 DUHAM, yaitu:

Pasal 1
Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan.
Pasal 2
Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan-kebebasan yang tercantum di dalam Deklarasi ini dengan tidak ada pengecualian apa pun, seperti pembedaan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pandangan lain, asal-usul kebangsaan atau kemasyarakatan, hak milik, kelahiran ataupun kedudukan lain.
Pasal 3
Setiap orang berhak atas kehidupan, kebebasan dan keselamatan sebagai induvidu.


Berikutnya adalah pelanggaran terhadap pasal 19, karena dalam film ini diperlihatkan seorang murid yang mengeluarkan pendapat yang diyakininya benar ternyata tidak diterima oleh sang guru dan bahkan dipaksa untuk tetap mengikuti pendapat gurunya bahkan sampai ditembak mati karena tetap mempertahankan pendapatnya, hal ini sekaligus melanggar pasal 5. Pasal 19 dan pasal 5 berbunyi:
Pasal 19
Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat; dalam hal ini termasuk kebebasan menganut pendapat tanpa mendapat gangguan, dan untuk mencari, menerima dan menyampaikan keterangan-keterangan dan pendapat dengan cara apa pun dan dengan tidak memandang batas-batas.

Sumber Referensi :
http://twoandtwofilm.com/ diakses pada 4 Oktober 2014.

http://www.youtube.com/watch?v=EHAuGA7gqFU diakses pada 24 September 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar