Harajuku, mendengar kata ini pasti kita akan langsung memikirkan seorang dengan gaya rambut emo dengan pakaian serba hitam dan gelang di lengannya. Namun apakah benar Harajuku Style yang kita pikirkan dengan yang sebenarnya? Tak sepenuhnya benar juga tak sepenuhnya salah, saya beruntung berkesempatan untuk membuktikannya langsung di Jepang, 25 Februari 2014.
Saat ini tak jarang kita temukan anak muda Indonesia yang bergaya ala Harajuku, style asal Jepang ini seakan sudah menginvasi gaya berpakaian anak-anak muda di berbagai belahan dunia. Namun tahukah kamu, bahwa nama Harajuku sendiri merupakan nama sebuah area di Tokyo, antara Shibuya, Aoyama, Shinjuku. Anak-anak muda Jepang dengan berbagai pakaian unik berlabel Harajuku Style dapat dengan mudah kita temukan disini, terutama pada hari Minggu. Mereka bebas berekspresi disini, menggunakan jalanan layaknya catwalk. Harajuku street menjadi ruang publik yang nyaman bagi anak muda Jepang berimajinasi dalam kreativitasnya.
Harajuku sendiri sudah menjadi pusat fashion Jepang sejak sekitar tahun 1960-an. Pada 1980-an Harajuku menjadi semakin dikenal, setelah penyanyi jalanan dan para remaja mulai berkumpul dan membuat pertunjukkan di sana setiap hari Minggu ketika Omotesando ditutup untuk lalu lintas. Omotesando merupakan jalan yang sangat panjang dengan kafe-kafe dan butik fashion kelas atas yang selalu dilalui oleh masyarakat Jepang dan turis asing. Jika dilihat dari awal kemunculannya, fashion di Harajuku termasuk ke dalam street fashion. Street fashion adalah fashion style yang muncul dari bawah ke atas, maksudnya ide fashion ini muncul dan dipopulerkan oleh masyarakat, kemudian baru disempurnakan oleh para desainer. Berbeda dengan high fashion yang kemunculannya dari atas ke bawah, dimunculkan oleh desainer lalu turun ke masyarakat dengan bantuan media.
Pakaian, celana, kaus kaki, sarung tangan, jam, alat kecantikan, dan aksesoris lainnya dapat dengan mudah kita temukan disini. Sisi kanan dan kiri jalan dipenuhi oleh toko-toko busana penunjang penampilan anak muda. Hal menarik dari penjual di Harajuku adalah mereka menjajakan beberapa contoh barang dagangannya di luar kios mereka, beberapa dari penjual bahkan rela berpakaian ala boneka sambi berteriak menawarkan barang dagangannya di depan toko untuk menarik perhatian calon pembeli. Lalu lalang wisatawan lokal maupun asing menambah sesaknya jalan, membuat Harajuku seolah merupakan kawasan yang tak pernah mati sepanjang hari.
Melihat Harajuku seakan melihat sisi lain dari Tokyo, terutama Jepang. Pluralitas, kreativitas, dan kebebasan adalah beberapa poin yang membedakan kawasan ini dengan kawasan lainnya di Jepang. Bisa saya katakan, Harajuku merupakan sisi dari budaya modern jepang atau biasa disebut pop culture. Tak hanya pakaian ala Harajuku Style yang dijual disini, produk-produk asing banyak saya temukan disini terutama produk dari Barat dan Amerika. Brand asing yang bertebaran disini merupakan perwujudan dari fashion anak muda jepang yang mulai mengarah ke barat. Bahkan, teman satu kelompok saya yang hobi mengkoleksi topi dari berbagai negara yang ia kunjungi sempat mengatakan sangat sulit untuk mencari topi bertuliskan Tokyo di Harajuku, ia hanya menemukan satu dari banyak toko yang menjual topi bertuliskan Tokyo.
Terlepas dari banyaknya produk asing yang membanjiri kawasan Harajuku, saya tetap penasaran dengan Harajuku Style. Bagaimana cara berpakaian Harajuku Style? Pertanyaan itu yang selalu berada di benak saya ketika saya menginjakan kaki di sini. Tak banyak memang remaja berpakaian aneh yang saya temukan disini, pasalnya saat itu hari Selasa bukan hari Minggu. Namun saya masih bisa melihat beberapa orang yang berpakaian aneh disini. Harajuku Style merupakan gaya berpakaian yang tidak berkaitan satu sama lain, baik dari warna, bentuk, dll. Misalnya baju kuning, rok biru, dengan kaus kaki selutut berwarna pink, ditambah aksesoris gelang dan kalung dengan warna dan bentuk yang tak mendukung. Mudahnya kita biasa sebut gaya berpakaian nabrak. Wanita-wanita Jepang yang berdandan atau mempunyai penampilan yang heboh ini biasa disebut “Gal".
Harajuku style diklasifikasikan ke dalam banyak jenis diantaranya Lolita, Kogal, Gongaru, Cosplay, Yamanba, dll. Yang pertama adalah Lolita, ini merupakan gaya berpakaian layaknya boneka Jepang yang cantik. Biasanya wanita yang berdandan Lolita memakai make up yang manis, dengan kulit putih pucat. Lolita ternyata punya beberapa turunan lagi, yaitu Gothic Lolita, Sweet Lolita, Classic Lolita, Punk Lolita, dan Wa Lolita. Kesemua gaya Lolita ini khusus untuk perempuan, namun ada juga yang untuk pria namanya Ouji atau Kodona. Sekarang saya akan coba menjelaskan satu persatu gaya turunan Lolita. Dimulai dari Gothic Loita, gaya ini identik dengan pakaian dan make up dengan warna serba gelap. Punk Lolita hampir mirip dengan Gothic Lolita, bedanya biasanya ia menambahkan detail gelang dan kalung berbentuk paku, aksesoris serba tengkorak, dan gaya rambut mohawk. Sementara untuk Sweet Lolita gaya dengan dandanan cantik yang diadopsi dari tokoh manga. Untuk Classic Lolita, seperti namanya gaya ini mengadopsi gaya klasik abad pertengahan, contohnya adalah gaya pada zaman Kerajaan Marie. Terakhir adalah Wa Lolita, gaya ini mengkombinasikan gaya boneka Loita dengan busana tradisional Jepang seperti Kimono dan Bakiak. Tak hanya wanita, para pria biasanya juga mendandani diri mereka layaknya gaya Victorian zaman dahulu lengkap dengan make upnya, hanya saja tingkat ketebalannya berbeda dengan wanita. Gaya Harajuku lainnya yang cukup populer di seluruh dunia, termasuk di Indonesia adalah Cosplay. Cosplay merupakan singkatan dari Costume Play, orang yang bergaya seperti ini biasanya bergaya layaknya karakter favorit mereka yang diambil dari anime, manga, dan video game. Gaya nyentrik khas Harajuku lain yang banyak digunakan adalah Kogal, wanita bergaya Kogal biasanya menggunakan sepatu boots, rok supermini, make up tebal, rambut warna-warni, lengkap dengan kaus kaki yang tinggi.
Dengan keunikannya Harajuku Style mampu menjadi budaya modern Jepang yang sangat terkenal. Walaupun terkesan aneh, tak sedikit anak muda dari berbagai negara di dunia yang menjadi pengikut setianya. Harajuku Style di kalangan remaja dan artis Indonesia bahkan kini bukan menjadi hal yang asing lagi untuk kita saksikan. Pengaruh anime dan manga melalui berbagai media seperti komik, televisi, dan video game semakin menambah subur perkembangan Harajuku Style di berbagai dunia. Sebuah pelajaran berharga dari Jepang yang bisa kita ambil adalah, bagaimana ia bisa membuat Fashion Style atau budaya yang hanya berawal dari jalanan, menjadi budaya yang mampu menginvasi remaja dunia.
Azhari Fauzan
Delegasi Indonesia
JENESYS 2.0 Program (Japan-East Asia Network of Exchange for Students and Youth)
Azhari Fauzan
Delegasi Indonesia
JENESYS 2.0 Program (Japan-East Asia Network of Exchange for Students and Youth)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar