Film
ini adalah sebuah film pendek yang dibuat pada tahun 2011 oleh
seorang sutradara berkebangsan Iran yang menetap dan bekerja di
London Inggris bernama Babak Anvari. Babak Anvari yang merupakan
sarjana Film & Television Production dari Sekolah Film
Wensminster Inggris ini membuat film ini dengan latar tempat seolah
berada di sebuah sekolah di Iran. Film pendek yang menggunakan bahasa
Persia dengan bantuan teks berbahasa Inggris ini berdurasi sekitar
delapan menit. Film ini dikerjakan dengan total 42 orang dengan
bantuan dana dari BBC.
Cerita
bermula ketika seorang guru laki-laki masuk ke dalam kelas dengan
dinding berwarna abu-abu. Semua murid kemudian berdiri untuk
menghormati guru tersebut, tak lama kemudian ada sebuah pengumuman
dari kepala sekolah melalui pengeras suara yang terhubung ke dalam
kelas. Kepala sekolah berkata mulai hari ini akan ada perubahan
proses belajar mengajar di sekolah mereka, semua siswa diminta untuk
mengikuti instruksi yang akan dijelaskan lebih lanjut oleh guru
mereka di kelas.
salah satu adegan dalam film |
Sang
guru kemudian menyuruh seluruh muridnya untuk mencatat 2+2=5 di buku
tulis mereka. Seorang murid lain berdiri dan berkata “Pak,
2+2=4! hasilnya akan selalu 4, bagaimana bisa menjadi 5?”.
“Siapa yang memberi izinmu untuk bicara? Kenapa kamu berani
bertanya seperti itu?”, kata guru dengan nada marah. Anak murid
yang tidak mau mengikuti perkataan gurunya tersebut kemudian berusah
untuk menjelaskan kepada seluruh temannya di kelas, bahwa 2+2=4. Sang
guru menyuruh sang anak tetap berdiri untuk menunggunya, sementara
dengan emosinya ergi keluar kelas. Ketika sang guru keluar,
teman-temannya berkata “Kamu telah membuat masalah, dia akan
membunuhmu!”.
Tak
lama kemudian tiga orang laki-laki datang, mereka adalah siswa senior
yang tampak pucat tanpa ekspresi dengan pita merah di lengan kanan
mereka. Sang guru berkata kepada tiga orang siswa senior bahwa ada
anak yang keras kepala di kelas ini, ia juga menyebut bahwa tiga
orang siswa senior ini merupakan siswa terbaik dan mampu mengikuti
perkataannya. Sang guru menyuruh murid yang dianggapnya keras kepala
untuk maju ke depan dan menuliskan apa yang dikatakannya di papan
tulis. “Ini kesempatan terakhirmu”, kata sang guru. Sang
anak yang tetap pada pendiriannya tetap menuliskan 2+2=4 di papan
tulis dengan ketakutan, seketika itu pula 3 orang murid senior
menembak anak kecil tersebut hingga tewas berlumuran darah.
Sang
guru menghapus papan tulis yang berlumuran darah, kemudian menuliskan
kembali 2+2=5 sambil memaksa muridnya untuk mengucakan dan
menuliskannya di buku mereka. Film ini diakhiri dengan menyoroti
salah satu murid yang ragu-ragu menuliskan 2+2=5 tapi kemudian ia
mencoret dan mengganti angka 5 dengan angka 4.
Film
ini merupakan film yang punya banyak pesan, sang produser mencoba
mengedepankan sisi negara dengan rezim penguasa otoriter dimana
demokrasi dan kebebasan berpendapat merupakan suatu hal yang mustahil
untuk dilakukan oleh masyarakat jika ingin bertahan hidup. Masyarakat
hanya dituntut untuk menerima kebijakan tanpa perlu mempertanyakan
kebijakan yang sejatinya hanya menguntungkan para penguasa.
Sang
produser yang berkebangsaan Iran ini dalam website resmi
twoandtwofilm.com menyebutkan bahwa film ini bersifat general dan
tidak ditujukan spesifik untuk negara tertentu, walaupun latar tempat
dan pemain yang ditampilkan sangat erat kaitannya dengan Iran. Latar
tempat di kelas dan anak kecil sebagai pemainnya dipilih karena dunia
pendidikan dan anak-anak merupakan sarana yang paling mudah dalam
penanaman ideologi suatu rezim otoriter.
Jika
film ini dikaitkan dengan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
(DUHAM), saya menemukan beberapa pelanggaran HAM dalam penggambaran
yang ditampilkan oleh sutradara. Pertama adalah pelanggaran tentang
seseorang yang sudah sejak lahir mempunyai hak untuk merdeka tanpa
adanya paksaan, intervensi dan diskriminasi dari pihak manapun,
termasuk guru atau pemerintah yang digambarkan dalam film ini.
Pelanggaran ini tercantum dalam pasal 1,2, dan 3 DUHAM, yaitu:
Pasal
1
Semua
orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang
sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul
satu sama lain dalam persaudaraan.
Pasal
2
Setiap
orang berhak atas semua hak dan kebebasan-kebebasan yang tercantum di
dalam Deklarasi ini dengan tidak ada pengecualian apa pun, seperti
pembedaan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik
atau pandangan lain, asal-usul kebangsaan atau kemasyarakatan, hak
milik, kelahiran ataupun kedudukan lain.
Pasal
3
Setiap
orang berhak atas kehidupan, kebebasan dan keselamatan sebagai
induvidu.
Berikutnya
adalah pelanggaran terhadap pasal 19, karena dalam film ini
diperlihatkan seorang murid yang mengeluarkan pendapat yang
diyakininya benar ternyata tidak diterima oleh sang guru dan bahkan
dipaksa untuk tetap mengikuti pendapat gurunya bahkan sampai ditembak
mati karena tetap mempertahankan pendapatnya, hal ini sekaligus
melanggar pasal 5. Pasal 19 dan pasal 5 berbunyi:
Pasal
19
Setiap
orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat;
dalam hal ini termasuk kebebasan menganut pendapat tanpa mendapat
gangguan, dan untuk mencari, menerima dan menyampaikan
keterangan-keterangan dan pendapat dengan cara apa pun dan dengan
tidak memandang batas-batas.
Sumber
Referensi :
https://www.kontras.org/baru/Deklarasi%20Universal%20HAM.pdf
diakses pada 4 Oktober 2014.
http://twoandtwofilm.com/
diakses pada 4 Oktober 2014.
http://www.youtube.com/watch?v=EHAuGA7gqFU
diakses pada 24 September 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar