Kamis, 27 November 2014

Surat untuk Jagoan Kecilku!




Dear jagoan kecilku, 

Hai! Sedang apa kamu?

Apapun yang kamu lakukan semoga kamu tetap ceria ya dek. Wah Pasti menyenangkan ya berada di usia seperti kamu. Usiamu baru 7 tahun, masih di bangku kelas 2 SD. Bisa bermain lepas penuh canda tawa, berlarian mengejar layang-layang, bermain bola di sore hari, memancing ikan di sawah jika musim hujan tiba, bermain kelereng, sepeda, dan banyak kegiatan seru pastinya. Tak jarang mamamu dibuat kesulitan untuk menghilangkan noda kotor di baju akibat ulahmu seharian bermain di luar. Oh iya kamu sangat suka menggambar kan? Entah berapa lembar kertas buku dan seberapa luas tembok rumahmu yang kau hias dengan karya imajinasimu hehe.   

Tapi, aku tahu betul. Kamu tidak sama dengan anak kebanyakan lainnya. Kamu punya karakter yang menurutku sudah sangat terbentuk bahkan sejak kamu masih sekecil ini. Ya sejak dulu kamu memang punya keinginan yang kuat akan sesuatu. Mamamu pernah bercerita kepada keluarga besarmu, jika kamu sudah mengiginkan sesuatu maka kamu harus mendapatkannya. Walau harus menangis seharian. Dulu kamu juga sering dibilang cengeng. Kamu ingat? pernah suatu hari kamu diajak berkunjung ke rumah almarhumah mbah kamu di Purbalingga, kamu menangis sejadi-jadinya minta pulang karena kamu gak betah disana. Namanya juga anak kecil ya.

Selain itu, kamu dikenal selalu ingin melakukan yang terbaik, apapun itu. Menjadi anak terakhir dengan 5 orang kakak kandung membuatmu belajar banyak dari mereka. Beruntung, kamu dianugerahi kematangan emosi yang bisa dibilang sangat baik untuk seukuran anak kecil yang bahkan masih ditemani Mamanya ketika tidur. Ya, kamu sudah bisa sangat dewasa untuk memilih mana yang baik dan mana yang buruk. “Ma, nanti bangunin aku pas Subuh aku mau belajar.” Kamu selalu berpesan seperti itu kepada Mama ketika musim ujian tiba. Kamu sangat merasa bangga ketika Mama pulang dari sekolah untuk mengambil rapormu, ketika melihat ia tersenyum lebar, berkata penuh antusias kepada tetangga-tetangga yang anaknya juga sekelas denganmu, “anak saya rangking 1.”

Hampir 2 tahun lalu, saat kamu sedang ikut pengajian di mushalla selepas Maghrib. Tak sengaja kamu mendengar berita yang menyebutkan nama Bapakmu oleh seorang tetangga kepada Ustad di Mushalla yang biasa disapa Abah, “Pak Wahid meninggal, bah”. Tak ada rona sedih sedikitpun terpancar dari wajah mungilmu saat itu, apalagi air mata. Kamu masih terlalu kecil untuk mengerti, untuk menerima kenyataan, bahwa sosok Bapakmu telah meninggalkanmu selama-lamanya. Bapak yang kamu kenal sangat tegas terhadap anak-anaknya, keras, namun penuh kasih sayang.

Praktis sejak saat itu, Mama menjadi satu-satunya figur orang tua dalam hidupmu. Inspirasi dalam hidupmu ada di wajah Mamamu. Semuanya yang kamu lakukan, pasti akan mengingatkanmu padanya. Kamu selau ingin membuatnya bahagia, bangga, dan menangis haru karenamu. Hei dek! Kamu masih terlalu kecil untuk punya pikiran semacam itu!

Keadaan membuatmu semakin tumbuh, matang, dan berkembang dengan sendirinya. Aku bisa mengatakan bahwa secara psikologis dan pola pikir kamu telah tumbuh dewasa lebih cepat dibanding anak seusiamu pada umumnya. Kamu sangat visioner, bahkan kamu sudah sangat terbiasa memvisualisasikan mimpi kamu beberapa tahun ke depan  sejak saat itu. Kamu bukan anak yang suka banyak bicara, olah otak dan olah verbalmu yang mumpuni membuatmu semakin matang dalam bertindak dan bertutur. Bahkan, tak jarang kamu sering melakukan self-talk kan?

Aku yakin, suatu hari nanti kamu akan tumbuh menjadi orang besar. Kamu adalah anak paling potensial yang pernah aku kenal. Kamu beruntung, situasi dan kondisi yang kamu alami telah membuatmu banyak mendapat pelajaran. Semoga kamu bisa mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak. Semoga kamu selalu di dalam bimbingan-Nya. Dan semoga kamu tidak mengecewakan semua orang-orang yang membersamaimu, menyayangimu, dan mendukungmu. Terutama Mama yang sangat kamu cintai. Terima Kasih atas kesempatan yang pernah aku dapatkan, untuk menjadi bagian dari dirimu.

Depok,
28 November 2014

Kamu di usia 20 tahun,
 
Azhari Fauzan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar