Dear
jagoan kecilku,
Apapun
yang kamu lakukan semoga kamu tetap ceria ya dek.
Wah Pasti menyenangkan ya berada di usia seperti kamu. Usiamu baru 7 tahun,
masih di bangku kelas 2 SD. Bisa bermain lepas penuh canda tawa, berlarian
mengejar layang-layang, bermain bola di sore hari, memancing ikan di sawah jika
musim hujan tiba, bermain kelereng, sepeda, dan banyak kegiatan seru pastinya. Tak
jarang mamamu dibuat kesulitan untuk menghilangkan noda kotor di baju akibat
ulahmu seharian bermain di luar. Oh iya kamu sangat suka menggambar kan? Entah berapa
lembar kertas buku dan seberapa luas tembok rumahmu yang kau hias dengan karya
imajinasimu hehe.
Tapi,
aku tahu betul. Kamu tidak sama dengan anak kebanyakan lainnya. Kamu punya
karakter yang menurutku sudah sangat terbentuk bahkan sejak kamu masih sekecil
ini. Ya sejak dulu kamu memang punya keinginan yang kuat akan sesuatu. Mamamu pernah
bercerita kepada keluarga besarmu, jika kamu sudah mengiginkan sesuatu maka
kamu harus mendapatkannya. Walau harus menangis seharian. Dulu kamu juga sering
dibilang cengeng. Kamu ingat? pernah suatu hari kamu diajak berkunjung ke rumah
almarhumah mbah kamu di Purbalingga, kamu menangis sejadi-jadinya minta pulang
karena kamu gak betah disana. Namanya juga anak kecil ya.
Selain itu, kamu dikenal selalu ingin melakukan yang terbaik, apapun itu. Menjadi anak
terakhir dengan 5 orang kakak kandung membuatmu belajar banyak dari mereka.
Beruntung, kamu dianugerahi kematangan emosi yang bisa dibilang sangat baik
untuk seukuran anak kecil yang bahkan masih ditemani Mamanya ketika tidur. Ya,
kamu sudah bisa sangat dewasa untuk memilih mana yang baik dan mana yang buruk.
“Ma, nanti bangunin aku pas Subuh aku mau belajar.” Kamu selalu berpesan seperti
itu kepada Mama ketika musim ujian tiba. Kamu sangat merasa bangga ketika Mama
pulang dari sekolah untuk mengambil rapormu, ketika melihat ia tersenyum lebar,
berkata penuh antusias kepada tetangga-tetangga yang anaknya juga sekelas
denganmu, “anak saya rangking 1.”
Hampir
2 tahun lalu, saat kamu sedang ikut pengajian di mushalla selepas Maghrib. Tak
sengaja kamu mendengar berita yang menyebutkan nama Bapakmu oleh seorang
tetangga kepada Ustad di Mushalla yang biasa disapa Abah, “Pak Wahid meninggal,
bah”. Tak ada rona sedih sedikitpun terpancar dari wajah mungilmu saat itu,
apalagi air mata. Kamu masih terlalu kecil untuk mengerti, untuk menerima kenyataan,
bahwa sosok Bapakmu telah meninggalkanmu selama-lamanya. Bapak yang kamu kenal
sangat tegas terhadap anak-anaknya, keras, namun penuh kasih sayang.
Praktis
sejak saat itu, Mama menjadi satu-satunya figur orang tua dalam hidupmu. Inspirasi
dalam hidupmu ada di wajah Mamamu. Semuanya yang kamu lakukan, pasti akan
mengingatkanmu padanya. Kamu selau ingin membuatnya bahagia, bangga, dan
menangis haru karenamu. Hei dek! Kamu masih terlalu kecil untuk punya pikiran
semacam itu!
Keadaan
membuatmu semakin tumbuh, matang, dan berkembang dengan sendirinya. Aku bisa
mengatakan bahwa secara psikologis dan pola pikir kamu telah tumbuh dewasa
lebih cepat dibanding anak seusiamu pada umumnya. Kamu sangat visioner, bahkan
kamu sudah sangat terbiasa memvisualisasikan mimpi kamu beberapa tahun ke
depan sejak saat itu. Kamu bukan anak
yang suka banyak bicara, olah otak dan olah verbalmu yang mumpuni membuatmu
semakin matang dalam bertindak dan bertutur. Bahkan, tak jarang kamu sering
melakukan self-talk kan?
Aku
yakin, suatu hari nanti kamu akan tumbuh menjadi orang besar. Kamu adalah anak
paling potensial yang pernah aku kenal. Kamu beruntung, situasi dan kondisi yang
kamu alami telah membuatmu banyak mendapat pelajaran. Semoga kamu bisa mendapatkan
kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak. Semoga kamu selalu di dalam
bimbingan-Nya. Dan semoga kamu tidak mengecewakan semua orang-orang yang
membersamaimu, menyayangimu, dan mendukungmu. Terutama Mama yang sangat kamu
cintai. Terima Kasih atas kesempatan yang pernah aku dapatkan, untuk menjadi
bagian dari dirimu.
Depok,
28
November 2014
Kamu di usia 20 tahun,
Azhari
Fauzan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar