Jumat, 09 Desember 2016

100 Hari : Romansa Italia

Hari ini 4 Desember 2016, berlangsung demokrasi besar-besaran di Italia, referendum. Pesta demokrasi untuk memilih perubahan konstitusi dalam pemerintahan Itali. Tepat hari ini juga, tidak terasa saya telah genap 100 hari di Italia. 100 hari hmmmm, kaya masa kerja presiden ya. Ya siapa tahu bisa jadi presiden aamiin, minimal presiden di keluarga nanti lah ya :).
    
After Welcoming Day 

Rasanya baru kemarin, ketika anak bontot yang gak pernah pergi sejauh dan selama ini, sendirian ke tempat yang sama sekali dia gak tahu, bahkan bahasanya. Saya ingat betul ketika pertama mendarat langsung diberhentiin sama petugas keamanan imigrasi iseng karena wajah asia tenggara yang amat langka ditemukan di sini, cuma untuk nanya “do you have a cigarette?” No, jawab saya. how much money do you have? Ini ngapain orang iseng banget nanya ginian pikir saya dalam hati. Ah mungkin karena bapaknya mau ngeroko atau bahkan cuma mau tahu ini anak punya uang berapa sih untuk tinggal disini. 

Minggu-minggu pertama sampai di sini, kerjaan saya bolak balik kaya bola pimpong demi ngurusin syarat administratif kampus dan izin tinggal sudah,  seakan jadi rutinitas sehari-hari, tebak-tebak kata dengan penduduk lokal pake bahasa tubuh, eksplore makanan-makanan yang baru ditemuin, dan banyak kejadian-kejadian ajaib lainnya :D. well, masa-masa saya belum sepenuhnya percaya kalau saya di Eropa, tempat yang dulu cuma bisa dilihat dari TV atau buku. Bersukur atas amanah yang Allah berikan, walaupun kadang harus nahan kangen sama keluarga, makanan, dan segalanya tentang Indonesia sedang melanda.

Untuk mengenang 100 hari ini, saya akan bahas secara garis besar apa yang saya alami selama periode September, Oktober, dan Desember. Karena kalau mau diceritakan berdasarkan moment pasti akan sangat panjang, jadi lebih baik di pisah untuk tulisan selanjutnya. 100 hari jadi waktu yang lebih dari cukup untuk adaptasi, dan mengenal betul medan perang yang akan dijalani selama 2 tahun. 

Summer of September
Rimini masih sangat ramai oleh turis domestik dan mancanegara yang datang di bulan ini karena Rimini adalah salah satu destinasi wisata di Italia dengan panjang pantai yang mencapai 15 km. Biasanya  warga Eropa mendapatkan jatah libur yang cukup lama selama musim panas. Lalu mereka akan pindah ke pesisir pantai dan memenetap di sana selama liburan musim panas. Ini membuat hotel, caffe,  dan bar menjamur di sepanjang pesisir pantai. Intinya ini waktu yang perfect untuk mengunjungi Rimini dan paintainya. Walaupun saya lebih tertarik untuk mengurus dokumen-dokumen di bulan ini, sambil sesekali keliling kota hitung-hitung menghapal jalan.

Pertama kali menginjakan kaki di Eropa membuat saya harus banyak beradaptasi, mulai dari lingkungan, makanan, bahasa, cuaca, jam, dan culture penduduk lokal yang totally different. Beruntungnya saya banyak orang-orang baik yang saya temui di awal kedatangan saya. Mas Stevan, Kak Citra, Mas Eko, dan Kak Dela merupakan orang-orang yang selalu saya repotin kala harus berurusan dengan administrasi di sini. Mereka adalah 4 orang mahasiswa Indonesia yang sudah lebih dulu kuliah di sini.

Orang yang juga berjasa besar di awal kedatangan saya adalah landlord saya sendiri, Roberta. Wanita paruh baya yang sangat baik dan keibuan. Beruntungnya saya, bahkan saya sudah menemukan tempat tinggal sebelum saya tiba di Italia. Roberta juga lah orang yang menjemput saya ketika pertama kali menginjakan kaki di Rimini. Seorang guru yang menyewakan apartemennya khusus kepada mahasiswa, saking baiknya ia bahkan selalu memastikan apakah mahasiswa yang tinggal di apartemennya mendapatkan service yang baik atau tidak. Tak jarang ia datang untuk menambahkan dan membetulkan beberapa fasilitas, dia juga beberapa kali mengantar saya membeli keperluan pribadi saya dengan mobil mewahnya.

I want to make this home becomes international” kata Roberta. Saya, Armenigo (Kanada), Pietro (Sisilia, Italia), Irine (Bergamo, Italia), dan Elsio (Albania) kemudian mengisi 5 kamar di apartemennya. Mereka semua lancar berbahasa Italia, kecuali saya. Kebayang dong gimana denger mereka ngobrol tiap hari haha.

Ponte Tiberio, Rimini
Pantai Rimini

Fakultas Ekonomi dan Statistik, University of Bologna

September Ceria, bulan dimana masih banyak ngaconya, masih banyak nyasarnya, masih banyak free timenya, masih banyak sakit perutnya, dan masih banyak hal-hal ajaib lainnya.

Oktober
Ini bulan dimana urusan dokumen semuanya beres, tinggal siap-siap kuliah yang bener. Kuliah yang sebenarnya dimulai di sini. Anak sastra ketemu Macroeconomics, Accounting, dan Statistics di term pertama.  Sistem kuliah di sini cukup singkat, kelas hanya 5 minggu lalu ujian. Jadi bener-bener cepat dan padat materi yang dikasih. Gak jarang malah belum paham betul materi kemarin, eh besoknya sudah materi baru lagi. Kaya kejar-kejaran, ditambah aksen dosen Italia yang kebanyakan bicara Inggris dengan aksen Italia yang sangat kental (coba lihat video kalau Valentino Rossi diwawancarain, persis kaya gitu). Tapi slide dan buku yang dipakai untuk belajar sangat membantu saya untuk lebih paham materi selama di kelas.

Cuaca bulan ini sudah mulai sering turun hujan, walaupun masih diatas 10 derajat tapi bagi orang tropis kaya saya, ini lebih dari dinginnya puncak Bogor malam hari lho. Gak ada lagi orang yang pakai pakaian mini, semuanya sudah mulai berubah menjadi lebih syar’i dengan jaket dan celana panjangnya. Payung jadi benda wajib yang harus dimiliki. Daun-daun di pohon mulai cantik berubah warna jadi kuning, oranye, dan merah.


mulai sering turun hujan
Ceritanya baru punya sepeda :)
Sudah mulai mengenal lebih banyak orang, mulai sering pergi-pergian untuk cari suasana baru karena semua sudut Rimini sudah dijelajahi. mulai bisa bedain mana yang baik untuk dilakuin mana yang sebaiknya dijauhin. Belajar, belajar, belajar. Lama waktu siang dan malam di bulan ini cukup berimbang mirip di Indonesia. Namun berubah di akhir bulan, Daily Saving Time istilahnya yaitu mengembalikan waktu yang diambil satu jam pada musim panas, jadi beda waktu dengan Indonesia menjadi lebih lama satu jam.

November
Suhu sudah mulai tidak bersahabat untuk anak tropis, mulai satu digit derajat celcius. Mulai pakai baju berlapis di sini, bibir mulai pecah-pecah dan kulit mulai kering. Yang tadinya bawa syal tapi belum pernah kepake, akhirnya kadang kepake juga. Lama waktu siang dan malam juga sudah mulai gak berimbang, lama siang jauh lebih cepat. Jam 7 kadang matahari belum terbit, tapi jam 17 kurang sudah terbenam lagi. Jadwal shalat juga berubah jadi lebih cepat, tantangan tersendiri karena waktu berasa berjalan lebih cepat dengan siang yang hanya sebentar.

Perkuliahan mulai berkahir, artinya akan ada ujian perdana di awal bulan. Gak ada waktu yang dilewatin dari belajar selama seminggu sebelum ujian, biasanya materi yang disampaikan dosen sudah akan berakhir seminggu sebelum ujian. Waktu ini bisa dimanfaatkan untuk belajar intensif.

Bulan ini juga merupakan bulan pergantian pengurus PPI Italia. Saya ikut ambil bagian di PPI Italia pusat maupun regional. Mas Stevan selaku ketua PPI Emilia Romagna juga menyelesaikan studinya awal bulan ini, ia jadi mahasiswa Indonesia pertama yang masuk dan lulus dari Unibo fakultas ekonomi dan statistik. Ini berarti, juga ada kepengurusan baru di PPI regional Emilia-Romagna.

November, bulan-bulan mulai semakin mengerti mau melangkah kemana. Bulan-bulan sudah mulai mengerti dengan sistem perkuliahan dan typical dosen di sini. Bulan-bulan mulai kebagi fokusnya dengan hal-hal lain. Bulan-bulan semakin bersyukur dan menikmati berada di sini, bulan di mana semakin terbiasa dengan segala situasinya.


PPI Emilia Romagna

Suasana maghrib sekitar pukul 16.45
Cerita singkat tentang 100 hari di Italia, semoga Allah selalu meridhai segala sesuatu yang telah dan akan terjadi. 
Aamiin

Romansa Italia 

Rimini, 4 Desember 2016 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar