Bagaimana menjadi muslim di Italia?
ini adalah pertanyaan yang sering muncul di benak saya ketika memutuskan untuk melanjutkan kuliah di sini. Googling tentang kehidupan muslim di Italia sampai tanya-tanya dengan senior PPI Italia yang sudah lebih dulu kuliah di sini menjadi bagian dari rasa penasaran saya untuk mencari tahu bagaimana kehidupan seorang muslim di Italia.
Suasana Masjid di Rimini |
Kekhawatiran saya muncul bukan tanpa alasan, beberapa artikel yang saya temukan di internet memberikan berita yang kurang baik tentang kehidupan muslim di Italia. Salah satunya adalah tentang pelarangan izin masjid sebagai tempat ibadah, hanya ada dua masjid yang diberikan izin secara resmi. Salah satunya adalah Masjid Agung di kota Roma, yang juga merupakan masjid terbesar di Eropa Barat.
Pemerintah Italia memang tidak mengakui Islam secara resmi sebagai salah satu agama di sini, namun jumlah muslim Italia dari tahun ke tahun terus bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah imigran yang datang dan melahirkan keturunan di sini, Saat ini jumlah warga muslim di Italia ada sekitar 1,6 juta penduduk atau sekitar 2,6 % dari jumlah penduduk Italia secara keseluruhan. Mayorotas mereka berasal dari negara-negara Timur Tengah dan Afrika seperti Iran, Irak, Pakistan, India, Arab, Mesir, Maroko, dan lainnya. Juga beberapa dari negara Eropa bekas jajahan Otoman Turki di masa lalu, seperti Albania dan Bosnia Herzegovina.
Keberadaan mereka di Italia cukup mudah dikenali, karena pada dasarnya orang Italia punya tekstur wajah yang khas ala latin dengan rambut hitam atau cokelat tua. Sangat mudah jika mendefinisikan mana yang bukan orang Italia, apalagi muslim di Italia rata-rata berasal darii Timur Tengah dan Afrika yang juga punya ciri fisik yang mudah dikenali. Begitupun di tempat saya tinggal di wilayah Emilia Romagna, tepatnya Rimini, kota kecil yang hanya ramai dikunjungi turis jika summer tiba. Tidak seperti Milan dan Roma yang lebih plural, muslim di Rimini masih terbilang cukup minoritas.
Beberapa hari setelah kedatangan saya di sini saya langsung mencari tahu bagaimana kehidupan muslim di sini. Perlu diketahui bahwa University of Bologna punya beberapa kampus, Fakultas Ekonomi dan Statistik berada di Rimini. Hanya ada empat mahasiswa Indonesia lainnya yang berada di kota ini. Alhasil saya harus lebih mandiri dalam beberapa hal, termasuk dalam mencari tahu bagaimana kehidupan muslim di sini.
Jumat di minggu pertama kedatangan saya, sudah menjadi keharusan bagi saya untuk menemukan di mana masjid, minimal untuk shalat Jum'at. Cerita berawal ketika pagi itu, saya sedang berada di Bank untuk urusan kampus, saya melihat seorang Ibu yang menggunakan hijab. Dia pasti tau di mana letak masjid di sekitar sini, pikir saya dalam hati. Selesainya transaksi, saya langsung menghampiri Ibu tersebut. Berbekal pertanyaan yang sudah saya terjemahkan di google translate sebelumnya, saya mencoba bertanya menggunakan bahasa Italia pada Ibu itu dimana letak masjid untuk shalat Jum'at, setelah sebelumnya memperkenalkan diri bahwa saya seorang muslim. Ibu yang nampak kebingungan itu mengerti maksud saya, kemudian menunjukan jalan dan memberitahukan arah menggunakan bahasa Italia. Saya tidak mengerti sama sekali apa yang dia beritahu, hanya menganggukan kepala sambil melihat gestur tangannya untuk memberikan arah belok ke kiri, lurus, atau belok kanan.
Setelah berusaha mengikuti arahan ibu tersebut, saya melihat sebuah toko bertuliskan huruf Arab. Ternyata itu merupakan salah satu toko yang menjual makanan dan daging halal. Tanpa pikir panjang saya langsung masuk, pasti mereka yang di dalam semuanya orang muslim, pikir saya. Benar saja saya mencoba bertanya kepada mereka menggunakan bahasa Inggris, "I am a moeslim, from Indonesia, do you know where the mosque for Friday pray here?". Mereka yang juga tidak bisa banyak menggunakan bahasa Inggris mengerti apa yang saya maksud. Seorang pengunjung yang lebih paham bahasa Inggris memberikan saya arahan untuk ke masjid "go straight, then turn right, after you meet the circle then keep straight, the mosque will be in the left side. You will see the arabic letter there".
Berbekal arahan tersebut, akhirnya saya menemukan semacam bangunan kios dengan tulisan Arab di tembok dekat pintu masuk. Ini pasti masjidnya, karena juga ada beberapa orang menggunakan peci yang juga menuju kesana. Saya menghampiri seorang Bapak tua berperawakan Arab lengkap dengan jenggot panjang dan peci.
"This is a mosque?" tanya saya, Bapak itu mengangguk dengan wajah bingung.
"I am a moslem, I wanna pray, I am from Indonesia."
"oooh Indonesia, Alhamdulillah."
Kami bersalaman, pipi kami saling bersentuhan. Betapa senangnya kami seakan saling menemukan saudara seiman. Bapak ini kemudian mengeluarkan handphone dari sakunya, ia menunjukkan video salah satu peserta hafidz Qur'an cilik yang ditayangkan di televisi swasta nasional. "Indonesia?" ucapnya, Si si si! Indonesia! Jawab saya karena tidak menyangka acara hafidz cilik itu bisa sampai ke sini. Bersyukur ketika Indonesia dikenal sebagai negara muslim yang baik.
Hari demi hari, berganti minggu, bulan, hingga kini tahun 2017 saya semakin merasakan kenyamanan berada di sini, tepatnya di dalam lingkaran muslim Italia. Bagi saya pergi ke masjid bukan hanya sekadar untuk ibadah, lebih dari itu, untuk menjalin silaturahim, bertegur sapa dengan jamaah lain, dan yang paling penting saya merasakan "rumah" ketika saya berada di sana, Kerinduan saya akan tanah air seakan terobati dengan suasana dan kehadiran saudara-saudara baru saya di masjid. Ini juga berguna untuk melatih sklills bahasa Italia saya, karena mayoritas mereka hanya bisa bahasa arab dan Italia.
Pada akhirnya saya mengerti bahwa berita yang beredar di internet tidak sepenuhnya benar. Muslim di Italia masih diberikan hak dan kebebasan penuh untuk beribadah tanpa ada diskriminasi. Orang Italia sendiri sangat respect dengan keberadaan muslim, Seperti yang terkandung dalam surat Al-Kafirun ayat 6 "Lakum diinukum wa liya diin" bagimu agamamu, bagiku agamaku selama tidak ada yang saling mengganggu dan merugikan, Insya Allah akan tercipta, toleransi, kedamaian, dan ketentraman.
Rimini,
10 Februari 2017
"This is a mosque?" tanya saya, Bapak itu mengangguk dengan wajah bingung.
"I am a moslem, I wanna pray, I am from Indonesia."
"oooh Indonesia, Alhamdulillah."
Kami bersalaman, pipi kami saling bersentuhan. Betapa senangnya kami seakan saling menemukan saudara seiman. Bapak ini kemudian mengeluarkan handphone dari sakunya, ia menunjukkan video salah satu peserta hafidz Qur'an cilik yang ditayangkan di televisi swasta nasional. "Indonesia?" ucapnya, Si si si! Indonesia! Jawab saya karena tidak menyangka acara hafidz cilik itu bisa sampai ke sini. Bersyukur ketika Indonesia dikenal sebagai negara muslim yang baik.
Hari demi hari, berganti minggu, bulan, hingga kini tahun 2017 saya semakin merasakan kenyamanan berada di sini, tepatnya di dalam lingkaran muslim Italia. Bagi saya pergi ke masjid bukan hanya sekadar untuk ibadah, lebih dari itu, untuk menjalin silaturahim, bertegur sapa dengan jamaah lain, dan yang paling penting saya merasakan "rumah" ketika saya berada di sana, Kerinduan saya akan tanah air seakan terobati dengan suasana dan kehadiran saudara-saudara baru saya di masjid. Ini juga berguna untuk melatih sklills bahasa Italia saya, karena mayoritas mereka hanya bisa bahasa arab dan Italia.
Pada akhirnya saya mengerti bahwa berita yang beredar di internet tidak sepenuhnya benar. Muslim di Italia masih diberikan hak dan kebebasan penuh untuk beribadah tanpa ada diskriminasi. Orang Italia sendiri sangat respect dengan keberadaan muslim, Seperti yang terkandung dalam surat Al-Kafirun ayat 6 "Lakum diinukum wa liya diin" bagimu agamamu, bagiku agamaku selama tidak ada yang saling mengganggu dan merugikan, Insya Allah akan tercipta, toleransi, kedamaian, dan ketentraman.
Rimini,
10 Februari 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar