5 Juni 2017, akhir masa ujian
kuliah tahun pertama saya telah selesai. Ramadhan tahunn ini juga datang bertepatan dengan masa ujian saya, hal ini mebuat saya sangat bersyukur karena saya bisa lebih fokus dalam menyiapkan
diri sebelum ujian. Momen Ramadhan yang bertepatan dengan datangnya libur
summer merupakan juga menjadi keuntungan tersendiri, saya berencana memanfaatkan momen ini
untuk melakukan safari Ramadhan ke beberapa negara Balkan, negara Eropa bagian
timur yang terkenal memiliki cukup banyak populasi muslim.
Bagaimana kehidupan umat muslim di sana? bagaimana sejarahnya islam bisa sampai di sana? apakah budaya Islam di sana dengan budaya di Indonesia? pertanyaan-pertanyaan seperti ini yang menguatkan langkah saya untuk melakukan solo trip safari Ramadhan yang saya sebut #halaltourism
.
Alexander Nevsky Cathedral, Icon Kota Sofia |
Destinasi 1: Sofia, Bulgaria
Negara tujuan pertama saya adalah
Bulgaria. Saya ambil flight dari Venezia ke Sofia, ibu kota Bulgaria.
Perjalan menuju Sofia kurang lebih 2 jam, begitu tiba di Bandara Sofia, saya
langsung mengambil bus jurusan city center untuk kemudian menuju ke hostel yang
telah saya booking sebelumnya.
Bagi yang tidak pernah belajar sama sekali
bahasa Rusia mungkin akan sedikit mengalami kesulitan berada di Sofia, karena
Bulgaria menggunakan bahasa Rusia sebagai bahasa utama mereka, tentunya dengan huruf cyliric yang agak
membingungkan. Nama jalan, toko, dan iklan, dll semuanya menggunakan huruf
cyrilic, jadi saran saya sebelum pergi ke sini paling tidak tahu bagaimana cara
membaca huruf cyliric, ini akan banyak membantu ketika kita harus menemukan arah jalan misalnya. Walaupun begitu jangan khawatir beberapa orang akan
tetap berusaha membantu kita sebisa mungkin, jika kita bertanya pada mereka
menggunakan bahasa Inggris.
Mata uang yang digunakan oleh
Bulgaria adalah Leva. 1 Leva sama dengan setengah Euro, ini membuat beberapa
barang di sana lebih murah (teruama makanan). Sementara untuk harga hostel,
rata-rata negara Balkan lebih murah jika dibandingkan dengan negara Schengen, yaitu kisaran harga 8-10 Euro per malam.
Ohya, hal penting yang harus kita cek sebelum travel ke negara balkan adalah jenis visa apa saja yang dapat mereka terima. Langkah pertama yang saya lakukan adalah mengecek di sini apakah negara yang akan saya tuju menerima jenis visa yang saya miliki. Saya memiliki visa pelajar schengen dari Italia. Ingat visa pelajar, bukan visa turis ini adalah dua tipe berbeda. Contohnya di Macedonia, mereka menerima visa schengen tapi hanya visa turis, mereka menolak visa pelajar. Hal detail seperti ini mesti kita cek dari website imigrasi negara tersebut, jangan sampai kita sudah pergi ke sana tapi ternyata ditolak masuk karena masalahvisa.
Saint Nikolas Russian Church
|
Setelah berjalan beberapa menit
dari pemberhentian terakhir bus, akhirnya saya menemukan hostel saya. Tidak
begitu jauh dari city center, lokasi merupakan salah satu alasan penting dalam
memilih hostel bagi saya, karena ini yang akan membuat mobilitas kita untuk explore kota yang kita kunjungi menjadi lebih mudah. Biasanya saya memilih yang dekat dengan pusat kota atau dekat dengan stasiun transportasi umum.
Destinasi pertama yang saya tuju adalah Masjid Banya Bashi, karena saya harus shalat jamak Zuhur dan Ashar. Di Sofia hanya ada satu
masjid yang beroperasi, Masjid ini bernama Banya Bashi, yang
berarti kolam pemandian. Nama ini diambil karena pada masa kerajaan Ottoman Turki tahun 1566 menguasai daerah ini mereka membangunnya diatas pemandian air panas. Masjid yang terletak di pusat kota ini, sekarang menjadi satu satunya masjid yang beroperasi di Sofia. Komunitas muslim yang kebanyakan merupakan imigran dari timur tengah selalu datang untuk shalat lima waktu berjamaah. Suasana Ramadhan di sini juga cukup terasa, mereka mengadakan iftar bersama dan shalat tarawih berjamaah setiap harinya.
Masjid Banya Bashi |
Bagi saya, Sofia merupakan kota yang cantik. Dari arsitektur bangunan dan budaya setempat kita bisa merasakan bagaimana kota ini memiliki pengaruh yang kental dari masa kerajaan Ottoman Turki, juga pengaruh liberalisasi Rusia yang datang untuk mengambil alih dari Turki. Pada masa perang Russo-Turkish 1877-1878 banyak masjid masjid yang pendirian Turki yang dihancurkan, banyak juga bangunan gereja orthodox yang kemudian di dirikan oleh Rusia.
Sofia Bulgaria
sebagai kota pertama saya, telah memberikan saya kesan yang manis. Budaya Rusia yang kental
membuat saya seakan sudah punya ikatan emosi tersendiri dengan kota ini. Saya
bahkan bisa mengobrol dengan akrabnya dengan salah seorang nenek penjual
souvenir, diceritakan dengan detail sejarah barang-barang di museum oleh seorang ibu penjaga museum, ditunjukkan jalan ketika bertanya, semuanya karena sedikit banyak saya mengerti apa apa yang mereka katakan. Dosen saya dahulu pernah bilang "kalau kita ingin mengetahui budaya masyarakat suatu negara, maka kita harus mempelajari bahasanya."
Sofia juga
sekaligus mematahkan anggapan banyak orang yang mengatakan bahwa negara-negara
Balkan sangat berbahaya jika kita pergi traveling sendirian, Justru kota ini
seakan membuka pikiran saya bahwa asumsi mereka salah, saya bahkan semakin penasaran
untuk melangkahkan kaki saya ke negara-negara Balkan selanjutnya. Asumsi akan tetap menjadi asumsi tanpa pembuktian :). Banyak orang
baik yang saya temui di sini. Sesaat sebelum saya meninggalkan Bulgaria, bahkan saya sempat ditolong oleh seorang Bapak yang rela mengantarkan saya dan menanyakan satu persatu ke kios yang ada di terminal bus untuk membeli tiket menuju Serbia. Sofia kembali membuka mata
saya, bahwa orang baik akan selalu ada di belahan bumi manapun.
Keran air panas yang masih mengalir dekat Masjid Banya Bashi |
Museum Nasional Bulgaria |
Free City Tour |
Matryoska souvenir khas Rusia |
Sulaman sebagai souvenir khas Bulgaria |
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus